Jakarta-Membangun masa
depan berarti membangun generasi, dan untuk dapat menyiapkan generasi
yang berkualitas diperlukan pendidikan berkualitas pula. Guru sebagai
penyampai sekaligus pembawa pengetahuan adalah sarana terpenting dalam
menyediakan pendidikan yang relevan untuk masa depan.
Ditjen Pendidikan Tinggi melalui Direktorat Pendidik dan Tenaga Kependidikan melihat perlunya kembali mengevaluasi sistem penyiapan guru masa depan, mulai dari penyiapan hingga kompetensinya sebagai pendidikan yang profesional.
Ditjen Pendidikan Tinggi melalui Direktorat Pendidik dan Tenaga Kependidikan melihat perlunya kembali mengevaluasi sistem penyiapan guru masa depan, mulai dari penyiapan hingga kompetensinya sebagai pendidikan yang profesional.
Selasa (2/7) bertempat di Jakarta,
Ditjen Pendidikan Tinggi menggelar Semiloka dengan tema ” Menyiapkan
Guru Masa Depan “. Acara yang dibuka oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan ini, selain dihadiri Ditjen Pendidikan Tinggi, Djoko Santoso
dan Direktur Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Supriadi Rustad tampak
pula hadir Rektor perguruan tinggi pengampu Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan (LPTK) baik PTN maupun PTS, Dekan FKIP, pengamat pendidikan
serta pengamat pengembangan kurikulum. Acara tersebut digelar dua hari
untuk mendiskusikan mengenai Grand Design LPTK dan Kurikulum LPTK yang akan diselaraskan terkait hadirnya kurikulum 2013.
Direktur Pendidik dan Tenaga
Kependidikan. Supriadi Rustad menjelaskan bahwa acara Semiloka
Menyiapkan Guru Masa Depan adalah rangkaian yang terkait dengan
rekomendasi Teacher Education Summit (TES)
yang berlangsung pada akhir tahun 2011 dan amanah dari Konvensi
Nasional Pendidikan ke-7 yang diselenggarakan di Yogjakarta. Supriadi
menerangkan bahwa Semiloka saat ini bertujuan untuk merumuskan tiga dari
sembilan rekomendasi dari pertemuan TES dan KOMNASTI. ketiga
rekomendasi yang dimaksud sendiri berhubungan dengan bentuk standarisasi
kelembagaan pengelolaan pendidikan di LPTK. “ Apakah LPTK harus
memiliki asrama ? apakah LPTK perlu memiliki sekolah laboratrium ? dan
lain-lainnya akan didiskusikan pada Semiloka ini” jelas Supriadi.
Mengenai kurikulum, Supriadi menjelaskan
bahwa sejak dua tahun lalu, Ditjen Dikti telah menyiapkan pedoman
pengembangan kurikulum LPTK, “kita ingin mengembangkan dan merumuskan
pola pembelajaran di LPTK, bila kita perhatikan pola pembelajaran di
LPTK dari rekan-rekan kita di luar negeri pola pembelajarannya adalah student centre,
ini klasik dan sudah sering dibicarakan, tapi mereka beneran, sedangkan
bila kita amati di LPTK kita, sosok dosen masih menjadi sentral” jelas
Supriadi sembari menambahkan bahwasanya yang didik di LPTK adalah calon
guru dan perlu pengembangan baru dalam proses pembelajarannya. “Kalau
pola pembelajarannya dosennya masih satu arah, tentunya mereka akan
mendidik anak didiknya dengan pola yang sama pula”.
Sampai saat ini di Indonesia terdapat
lebih dari 400 LPTK baik negeri maupun swasta. Besarnya jumlah LPTK di
Indonesia, tentunya menjadi tantangan tersendiri dalam proses
pengembangan kualitasnya, walaupun begitu Supriadi berjanji Ditjen
Pendidikan Tinggi akan terus membina perguruan tinggi LPTK tersebut, “
LPTK yang sudah bagus akan kita terus bina bagitu pun dengan yang masih
kurang tetap akan kita bina” ucap mantan Wakil Rektor I Universitas
Negeri Semarang tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar