Selasa, 19 November 2013

SELAMATKAN GENERASI MUDA UNTUK MENGISI MASYARAKAT MASA DEPAN

Masyarakat masa depan harus memiliki ciri – ciri sebagai berikut:
1.      Mempunyai cara berpikir yang rasional dan realistis
2.      Mempunyai kebiasaan membaca yang tinggi
3.      Mempunyai kemampuan menyerap dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan cepat dan banyak
4.      Terbuka terhadap inovasi, bahkan selalu berusaha mencari hal – hal baru
5.      Mempunyai pandangan hidup yang berdimensi lokal, nasional dan universal
6.      Mampu memprediksikan dan merencanakan masa depan
7.      Memanfaatkan teknologi yang senantiasa berkembang.
Apabila hal ini dimiliki setiap generasi muda, ini akan mempermudah untuk menciptakan generasi muda untuk masa depan. Karena mereka telah bisa berfikir untuk masa yang akan datang dan apa tujuan kedepan nya.
Dan apabila generasi muda sekarang tidak bisa berpikir rasional,tidak memiliki inovasi, tidak mamapu merencanakan masa depan dan tidak mampu memanfaatkan teknologi yang semakin berkembang seiring perubahan zaman. Kita harus dari sekarang menyelamatkan generasi muda untuk mengisi masyarakat masa depan.
Contoh yang bisa merusak generasi muda ialah, tawuran antar sekolah atau universitas dan memakai obat – obat terlarang seperti penyalahgunaan narkoba, oleh karena itu kita harus menyelamatkan generasi muda untuk masa depan dari hal –hal buruk tersebut. Seperti contoh dibawah ini:
1.Tawuran antar pelajar
Mahasiswa Matematika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga, Ketua Umum BPL HMI Cabang Yogyakarta. Akhir-akhir ini berita tentang kenakalan generasi muda (baca: pelajar) menyeruak di pemberitaan di media massa.Tawuran antar pelajar yang terjadi lagi di Ibu Kota kian menambah problem pelik dunia pendidikan. Tawuran pelajar sejatinya tak lagi dianggap sebagai dinamika anak muda dalam berekspresi akibat dorongan emosi, tapi kejadian itu kini mengarah pada aksi brutal, bahkan cenderung bersifat premanisme yang tak wajar dilakukan kalangan terdidik. Dari fenomena tersebut, kita bisa melacak ke tiga titik utama.
Pertama,terjadinya pengabaian tradisi keilmuan dan sebaliknya digunakannya kekerasan sebagai cara berdialog dan cara dalam menyelesaikan masalah.Kedua, terjadinya pengabaian tempat di mana sekolah seharusnya menjadi arena keilmuan atau ajang pergulatan ilmu,bukan ajang gulat dengan kekerasan.Karenanya kita menduga tidak terjadi internalisasi mengenai wawasan akademik. Ketiga,terjadinya pengabaian terhadap kehadiran sekolah sebagai komunitas keilmuan di mana terbangun solidaritas antara satu sekolah dengan sekolah yang lain. Masalah di satu sekolah seakan dapat diisolasi menjadi hanyalah urusan sekolah setempat dan bukanlah menjadi masalah bersama yang harus ditemukan penyelesaiannya secara menyeluruh. Dari ketiga titik tersebut, kita sebetulnya hendak menarik persoalan di atas menjadi persoalan yang mendasar yang menggerakkan berbagai tindakan dan pilihan moral seperti kasus-kasus pencontekan massal saat ujian nasional (UN) berlangsung.
Bagi publik, masalahnya bukan pertama-tama masalah keberlangsungan suatu sekolah atau ketersediaan bangku bagi anak-anak mereka, tetapi masalah masa depan bagi suatu bangsa.Apa yang tidak dapat kita ingkari adalah sebuah kenyataan di mana sekolah sesungguhnya mengambil peran strategis yang ikut menentukan peradaban di masa depan. Oleh karena itu, sekolah hendaknya mulai menata langkah menyelamatkan generasi muda (pelajar) agar tidak mudah dijebak dalam sirkuit dagang bangku, nilai, dan sebagainya. Namun, hal ini juga tanggung jawab orang tua, keluarga, dan masyarakat.Di dalam ruang lingkup lokal,orang tua dan keluarga memiliki peran kuat pada usia awal dan semakin berkurang seiring dengan bertambahnya usia anak. Sebaliknya, pengaruh pendidikan sekolah dan masyarakat semakin kuat bersamaan dengan bertambahnya usia anak. Tentu kita mempunyai optimisme di mana sekolah akan mampu membebaskan diri dan teguh mengambil posisi sesuai mandat sejarah yang dipikulnya.Dengan demikian,sekolah tidak hanya akan bertanggung jawab terhadap kualitas akademik dari para pelajar, tetapi juga bertanggung jawab terhadap karakter pelajar.
 2. Penyalahgunaan narkoba
  Genderang perang terhadap penyalahgunaan narkoba dikalangan generasi muda, terus dikumandangkan oleh pemerintah dan elemen masyarakat di daerah ini. Hal itu dibuktikan dengan terus digelarnya sosialisasi tentang bahaya penyalahgunaan narkoba dan seks bebas, seperti yang terlihat di SMA Kosgoro Tomohon, Senin (12/11). Dalam kegiatan tersebut, tak hanya guru-guru saja yang dilibatkan, tapi seluruh siswa juga agar pemahaman terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba dapat dimengerti lebih dalam. “Narkoba memang bisa digunakan, tapi hanya untuk bidang tertentu saja misalnya di bidang kesehatan untuk mengobati orang sakit, atau saat perang untuk mengobati orang yang terluka. Tak bisa digunakan sembarangan, sebab ancamannya sangat serius, yakni dapat merusak mental dan masa depan generasi mdua masa kini,” kata Aipda Hence Supit ,Kanit II Sat Narkoba Polres Tomohon didampingi Kanit I Aipda Esly Hinonaung mewakili Kasat Narkoba AKP Dickson Kastilong. Ia mengatakan sebisa mungkin, generasi muda terutama siswa-siswi di sekolah tidak mencoba-coba menggunakan narkoba, agar tak terjerat proses hukum oleh aparat berwajib. “Siswa di sekolah harus giat belajar, dan intens mengkampanyekan anti penyalahgunaan narkoba, agar banyak jiwa yang dapat diselamatkan,” ujarnya.

           
Kepala dinas kependidikan, Pemuda, dan Olah Raga Kota Tomohon Wendy Karwur, melalui Kepala Bidang Pendidikan Menengah Sonny Saruan memberi apresiasi positif terselenggaranya kegiatan tersebut. Sebab, dipercaya mampu membentuk generasi muda yang lebih sehat, cerdas, dan mandiri. “Sosialisasi seperti ini, pasti mampu memberikan wawasan luas bagi siswa untuk meningkatkan prestasinya disekolah, sehingga mampu mencegah sikap anarkis dan melahirkan generasi muda calon pemimpin masa depan yang lebih baik,” tegas Saruan.
Pada kesempatan itu Saruan bersama Kepala Sekolah SMA Kosgoro Tomohon Theresia Simboh juga melakukan penanaman pohon di sekolah, untuk memberi contoh bagi siswa agar tahu melestarikan lingkungan.

Saatnya Remaja Bicara Masa Depan Bangsa, Selamatkan Indonesia Dengan Syariah dan Khilafah.

“Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut gunung Semeru dari akarnya. Tapi berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.” Itulah kalimat yang diucapkan oleh mantan presiden pertama Indonesia, Bung Karno, tentang pemuda. Ini membuktikan bahwa sesungguhnya kedudukan pemuda (termasuk di dalamnya remaja) merupakan pilar penting bagi kemajuan negeri ini. Maka tak salah jika Klub Remaja Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia DPD I Jatim mempersembahkan acara Liqo’ dan Talkshow Remaja Muslimah bertema “Saatnya Remaja Bicara Masa Depan Bangsa; Selamatkan Indonesia Dengan Syariah dan Khilafah”. Liqo’ dan talkshow tersebut diselenggarakan pada 23 September 2012 yang lalu di aula SMK Negeri 6 Surabaya.

Remaja digambarkan memiliki 2 sisi yang saling bertolak belakang. Di satu sisi, ia disanjung karena semangat mudanya dalam membawa perubahan, penentu nasib bangsa, hingga mampu mengguncang dunia seperti ungkapan Bung Karno di atas. Namun di sisi lain, remaja dituding sebagai pihak yang identik dengan kenakalan. Pernahkah kita mendengar istilah ‘kenakalan bapak-bapak’ atau ‘kenakalan ibu-ibu’? Yang pasti terdengar adalah kenakalan remaja. Ironi, namun itulah faktanya. Menurut penelitian, sebanyak 45% dari 700 remaja usia sekolah menengah pertama di Surabaya berangggapan bahwa berhubungan badan layaknya suami-istri boleh dilakukan saat berpacaran. Bahkan, 15 persen remaja usia SMP mengaku telah melakukan hubungan seks dengan lawan jenis. Belum lagi 92% isi handphone para remaja yang mengandung konten pornografi. Ini hanyalah potret sebagian kecil dari fakta kenakalan remaja sekarang.
Untuk memberikan wacana dan solusi permasalahan kenakalan di kalangan remaja inilah, Klub Remaja Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (KR MHTI) DPD I Jatim mengemas Liqo dan Talkshow menjadi rangkaian acara yang meriah. Antusiasme remaja terlihat dari membludaknya kehadiran peserta yang ditargetkan hanya 600 orang menjadi 700 orang. Diawali dengan pembacaan ayat-ayat suci Al Qur’an, kemudian dilanjutkan duet puisi pelajar oleh Mei Hidayah dan Mustika. Anggraini. Usai pembacaan puisi, sederetan orator remaja menyuarakan dan menyeru kawan-kawan sebayanya untuk bergerak bersama. Orasi pertama dibawakan oleh Annida Amani, siswi SMPN 6 tentang potensi remaja yang amat besar dalam menghadapi tantangan zaman. Orasi kedua dibawakan oleh Ramadhani, siswi SMAN 15 yang mengingatkan kembali identitas seorang remaja muslim sebenarnya. Sayangnya, remaja sekarang digerus oleh budaya hura-hura alias hedonisme. Orator berikutnya, Nur Syamsiah siswi SMKN 1, menegaskan orasi sebelumnya. Nur membeberkan pengaruh pemikiran kebebasan (liberalisme) dalam kehidupan remaja, sehingga berperilaku bebas tak mau mengikatkan diri pada peraturan Sang Pencipta.
Di sela-sela rangkaian orasi, terdapat penampilan tahfidz al Qur’an surat ar Rahman dan teatrikal remaja yang dibawakan SKI SMKN 6 selaku tuan rumah acara. Naufalia, siswi SMAN 21 kemudian menjelaskan dalam orasi berikutnya tentang suatu sistem yang akan menjaga remaja dari gempuran virus liberalisme, yakni Khilafah Islam. Terakhir, Hamidah Assagung, siswi HSG SMP Khoiru Ummah, mengajak kawan-kawan remaja untuk segera berubah dan melakukan perubahan. Perubahan itu ialah tegaknya syariah kaffah dan Khilafah. Sesi talkshow pun dimulai dengan suasana yang santai nan hangat. Mbak Zulaikha selaku moderator berbincang di panggung bersama Saffanah Fathin, alumnus SMAN 5 Surabaya dan Bu dokter Retno Palupi mengenai remaja beserta segala pernak-perniknya. Fathin, mewakili kalangan remaja di usianya, mengungkapkan bahwa remaja itu sebagai sosok yang berada pada masa peralihan. “Remaja itu selalu semangat, pengen berpendapat, pengen diakui keberadaannya. Remaja itu nggak dipaksa atau digurui,” ujarnya. Maka tidak salah jika kemudian ada banyak komunitas-komunitas remaja yang terbentuk, karena di sanalah tempat para remaja mengekspresikan diri. “Sayangnya, nggak semua komunitas itu mengajak pada hal-hal yang baik. Seharusnya sebagai seorang Muslim kita pakai standar baik-buruk, benar-salah berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah,” tambah Fathin.
Setali tiga uang, Bu Retno juga menambahkan bahwa memilih beraktivitas di komunitas-komunitas tersebut sebaiknya jangan asal pilih. Sebab, remaja tidak sekadar butuh untuk mengisi waktu luangnya. Namun butuh pula benteng untuk menjaga dirinya dari hal-hal negatif di luar sana. Belum lagi prediksi bahwa di tahun 2020, Indonesia akan mengalami “Bonus Demografi” di mana angka penduduk usia muda produktifnya akan jauh lebih besar dari angka penduduk usia lainnya. Hal ini merupakan potensi yang luar biasa untuk menjadikan Indonesia lebih baik melalui generasi muda. Asalkan, generasi yang dihasilkan berkualitas bagus. Sebelum sesi talkshow diakhiri, acara dilanjutkan dengan sesi diskusi berkelompok. Ruang aula SMKN 6 dalam sekejap terbagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 15-20 orang. Peserta saling membicarakan permasalahan remaja yang terjadi di lingkungan sekolahnya, lalu saling memberikan saran langkah kongkrit apa yang bisa dilakukan untuk mengatasinya. Tiap kelompok diwakili satu orang peserta memaparkan solusinya ke tengah-tengah forum. Sebagian besar dengan mantap menyatakan perlunya memperdalam ilmu agama Islam, mengamalkan ilmu tersebut agar menjadi contoh bagi yang lain, dan tak lupa mengajak kawan-kawannya alias berdakwah.
Fathin dan Bu Retno pun kembali menegaskan, bahwa mengkaji Islam penting supaya tahu mana yang baik dan benar menurut agama. Menyampaikan pemahaman Islam yang didapat meskipun masih sedikit, juga penting, Selain talkshow, peserta juga dapat menikmati bazaar dan gelaran Expo kegiatan Klub Remaja MHTI lainnya di selasar aula SMKN 6. Antusiasme peserta masih dapat terasa meskipun acara telah berakhir. Amaroh, siswi SMK Wachid Hasyim 1 Surabaya mengungkapkan rasa senangnya mengikuti acara ini. “Seru kok. Saya jadi tahu kalau saya harus berubah jadi lebih baik dari sebelumnya, belajar Islam lebih dalam lagi”. Semoga melalui tangan-tangan gerakan perubahan remaja inilah, kemuliaan Islam dapat segera teraih dalam wujud institusi penjaga remaja itu sendiri; Khilafah Islamiyah yang kedua.
Aksi Saatnya Remaja Peduli Masa Depan
Pada hari Ahad, 22 Februari 2009, Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia mengadakan Aksi Remaja di berbagai kota di seluruh Indonesia. Aksi yang bertajuk “Saatnya Remaja Peduli Masa Depan” ini sebagai bentuk kepedulian Hizbut Tahrir untuk menyelamatkan masa depan negeri ini. Di tangan merekalah masa depan negeri ini berada. Namun kenyataan membuktikan remaja Indonesia tumbuh sebagai generasi lemah dan rentan menjadi korban kapitalisme global. Budaya hedonisme dan nihilnya pembinaan politik terhadap remaja telah menumbuhkan generasi kurang peduli pada masa depan mereka sendiri terlebih masa depan bangsanya. Lebih menyedihkan menjelang Pemilu 2009, remaja hanya dipandang sebagai objek perolehan suara. Untuk itu, dalam aksi ini diserukan untuk menyelamatkan remaja dan masa depan hanya dengan syariah dan khilafah.

Konferensi Remaja Muslimah 2009 “Saatnya Remaja Selamatkan Indonesia dengan Syariah dan Khilafah”

Sekitar 1600 remaja muslimah DKI Raya menghadiri acara Konferensi Remaja Muslimah yang bertemakan “Saatnya Remaja Selamatkan Indonesia dengan Syari’ah dan Khilafah” yang diselenggarakan oleh Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia. Peserta yang terdiri dari siswi se-Jakarta, Tangerang dan Bekasi ini memadati Auditorium Sport Center Ragunan Minggu (26/7). Acara ini lahir atas inisiatif kaum remaja, setelah mencermati kerusakan dan degradasi pada kualitas akhlak dan intelektualitas remaja pada saat ini. Acara dilanjutkan penampilan para orator dari kalangan remaja yaitu perwakilan siswa dari Madrasah Aliyah Citra Cendekia dan Madrasah Aliyah Yapis Pidi Jakarta Selatan, serta perwakilan mahasiswa berprestasi dari Institut Teknologi Bandung. Mereka menggugah para peserta agar peduli dengan kondisi remaja saat ini dan meminta pemerintah untuk melindungi remaja Indonesia dari kerusakan yang timbul akibat seks bebas. Orator lainnya adalah perwakilan dari KPAI, dinas kesehatan, dan guru. bahwa remaja muslim harus mempelajari tsaqofah Islam yang dapat membentuk kepribadian Islam mereka, sehingga remaja mampu mengendalikan naluri seksualnya dan menguasai sains dan teknologi. Selain itu, pembicara pun memberikan motivasi agar remaja muslim segera bangkit dan segera mempersiapkan diri memimpin dirinya, keluarga, bangsa, dan dunia.
pemerintah harus melindungi remaja Indonesia dari kerusakan yang timbul akibat seks bebas, penyakit menular seksual dan aborsi. Mereka mengingatkan penguasa agar melakukan langkah-langkah agar remaja terlindungi, diantaranya pemerintah harus memfasilitasi pembentukan kepribadian Islam yang kokoh pada remaja. Pemerintah pun harus menghentikan penyampaian propagandan megenai kebebasan reproduksi yang semakin membuat remaja tidak lagi merasa berdosa melakukan perzinahan. Pemuda adalah generasi penerus bangsa, tidak jarang juga kita mendengar kalau majunya suatu bangsa itu karena pemudanya dan hancurnya suatu bangsa itu juga karena pemuda. Karena ditangan pemudalah estafet kepemimpinan berikutnya akan dilimpahkan. Hampir setiap hari kita disugukan dengan berita yang melibatkan remaja-remaja kita, misalnya kita ambil contoh di negeri kita ini, berita tentang anak remaja yang kecanduan menghisab lem aibon, memakai narkoba, sampai kepada berita seks bebas, protitusi terselubung, yang menyebabkan meningkatnya penderita HIV dan AIDS. Ini nampaknya harus dicari solusi yang tepat dalam menyelamatkan generasi bangsa kedepannya. Karena kalau terus dibiarkan niscaya kehancuran akan datang kepada negeri ini. Nampaknya yang harus dilakukan oleh seluruh komponen masyarakat adalah perbaikan akhlak itu sendiri. Tentunya perbaikan akhlak ini tidak hanya dimulai dari pribadi sang anak, namun dimulai dari keteladan yang dimunculkan oleh perilaku orang tua, guru, pemerintah, dan masyarakat.
Utamanya adalah Pendidikan dari Orang Tua
Fasilitas yang tersedia sangat membutuhkan pantauan dari orang tua sebagai pendidik, orang tuapun tidak harus ketinggalan zaman mereka harus meningkatkan terus pengetahuan mereka. Wajib di adakan pengarahan agama  bagi para remaja mulai dari usia akhir kanak-kanak dan usia akil baliqh. Karena pada jenjang usia itu, arahan lebih diwujudkan dalam bentuk praktek dengan memberikan contoh serta melibatkan mereka dalam praktek ibadah secara wajib. Remaja ingin bebas dalam memilih pakaian dan teman, sebagaimana keinginannya untuk bebas dalam mengungkapkan pemikiran, saran dan pendapatnya. Mengekang kebebasan ini akan mengakibatkan remaja menjadi minder dan pasif dalam pergaulannya dengan orang lain. Alangkah baiknya bila remaja kita ajak bicara sehingga ia merasa dirinyalah yang mengambil keputusan. Kesepuluh, kebutuhan akan koreksi. Remaja membutuhkan koreksi dan arahan yang tidak merintangi kebebasannya. orang tua dalam mendidik generasi bangsa ini. Orangtua dalam mendidik adalah sebuah proses, dan sebuah proses membutuhan pengorbanan, jangan hanya dapat menyalahkan perilaku remaja kita saat ini, bila ternyata kita belum mampu berbuat apa-apa untuk mereka.
Dengan menyelamatkan generasi muda untuk masyarakat masa depan karena itu masyarakat masa depan harus punya kemampuan menyesuaikan diri dengan keadaan, maka manusia indonesia dituntut agar:
a.       Tanggap terhadap berbagai permasalahan sosial, politik, kultural dan lingkungan.
b.      Kreatif dalam menemukan alternatif pemecahan masalah.
c.       Memiliki etos kerja yang tinggi dan efisien.
Dengan beberapa upaya yang telah dilakukan untuk menyelamatkan generasi muda, semoga generasi muda akan bisa menatap masa depan yang indah karena generasi muda lah tiang dari suatu bangsa. Apabila generasi mudanya tidak memiliki pengetahuan dan tidak bisa memanfaatkan kecanggiahan teknologi dengan seiring berjalannya waktu dan apabila generasi mudanya memiliki pengetahuan yang luas untuk perancanaan untuk masa depan dan memiliki kemampuan teknologi seiring berjalannya waktu dan menghasilkan tenaga – tenaga yang handal.
Sumber rajukan yang saya dapatkan untuk mencari bahan – bahan untuk bahan selamatkan generasi muda untuk masyarakat masa deapn:
1.      Buku pengantar pendidikan tahun 2006
2.      Internet
3.      Liputan TV atau berita dari HTI-press
4.      Liputan TV dari seputar indonesia dan tribunmanado.co.id

0 komentar:

Posting Komentar